Babad Tanah Djawi edisi asli masih dalam Bahasa Belanda, disusun oleh W. L. Olthof pada tahun 1941, sebelum edisi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Narasi seperti sekarang ini. |
Berbicara bisnis dan
jual beli online, orang pasti akan berpikir tentang produk yang sering dijumpai
sehari-hari, seperti pakaian, gadget, elektronik, sampai makanan. Namun pernahkah
Anda mengira ada yang menjual buku-buku bekas yang usianya sudah lebih dari
puluhan tahun melalui internet?
Jika Anda belum pernah mendengar, sudah seharusnya Anda menyimak ini artikel berjualan buku lawas melalui online ini. Telah banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari berjualan buku lawas ini. Bahkan ada sebuah lapak di Taman Mini yang sudah belasan tahun berjualan sejak almarhum orangtuanya yang mengelola.
Jika Anda belum pernah mendengar, sudah seharusnya Anda menyimak ini artikel berjualan buku lawas melalui online ini. Telah banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari berjualan buku lawas ini. Bahkan ada sebuah lapak di Taman Mini yang sudah belasan tahun berjualan sejak almarhum orangtuanya yang mengelola.
Seperti yang kita tahu,
buku merupakan jendela dunia bagi siapapun yang mencari informasi. Banyak hal
terkandung di dalamnya yang bisa digali bagi siapa pun yang berkenan
membacanya. Namun tidak hanya itu, dalam tiap lembarnya, terdapat cerita
menarik mengenai hal yang tidak terkandung dalam tulisan buku itu, seperti
perjuangan penulisnya, situasi negara saat buku itu terbit, sampai bertaruh
nyawa untuk sekadar dapat memilikinya. Buku itu sudah seakan-akan sebagai saksi
sekaligus pelaku sejarah itu sendiri.
Banyak buku-buku yang
dapat bertahan hingga puluhan sampai ratusan tahun. Buku tersebut dapat
bertahan di mana saja. Entah di perpustakaan, di pemilik yang kemudian
diwariskan kepada keturunannya, atau di kediaman orang yang tidak pernah
mengerti bagaimana menggunakan buku itu. Nah, orang yang tidak pernah mengerti
itu, akhirnya menjual buku-buku tsb secara kiloan atau borongan kepada penadah
barang-barang bekas atau ke penjual langsung yang sudah mereka kenal. Dari sinilah
penjual buku itu mendapatkan buku-buku lawas untuk kemudian dijual kembali
kepada mereka yang membutuhkan. Ada beragam cara mereka menjualnya. Ada yang
menjual offline melalui kios yang telah mereka sewa atau yang murni hanya
menjualnya melalui online. Mereka yang menjualnya melalui online harus memiliki
pengetahuan yang lebih terhadap dunia buku, karena tidak semua judul buku
menarik bagi pembeli di dunia maya. Mereka harus pandai memilah dan memilih
mana yang memiliki nilai historis yang tinggi, entah itu dari konten atau
penulisnya.
Di bilangan Jakarta,
terdapat dua tempat yang dapat menjadi destinasi bagi siapapun yang hendak
berburu buku-buku lawas, yaitu di kawasan Blok M Square dan kawasan Pasar
Senen. Penulis pernah mendapat buku berjudul Dibawah Bendera Revolusi cetakan
pertama tahun 1959 dengan harga yang cukup murah. Buku tersebut merupakan
kumpulan tulisan Ir Soekarno sejak masih berkuliah di Technische
Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) sampai beliau menjadi presiden. Buku tersebut
pernah dilarang pada zaman orde baru karena dianggap ada paham komunis yang
melekat di dalamnya. Mereka para pengagum Soekarno pada zaman itu selalu
dilanda ketakutan semasa hidupnya karena siapapun yang memilikinya dianggap
sebagai bagian dari komunis, oleh sebab itu buku dan pemiliknya harus dibasmi. Dan
yang sekarang masih dapat ditemui adalah sisa-sisa yang selamat dari
pembredelan yang dilakukan oleh sebuah rezim.
Buku Dibawah Bendera Revolusi karya Ir. Soekarno |
Itu
adalah sebuah contoh kecil dari salah satu judul buku lawas yang dicari oleh
generasi yang lahir jauh setelah buku itu terbit. Masih banyak lagi judul yang
tentu saja terus menjadi perburuan oleh kolektor buku, peneliti, pembaca, atau
siapa pun yang tertarik membaca dan mengoleksi. Pasar komoditi buku lawas tidak
akan pernah habis, karena akan selalu ada buku yang terbit dan tercetak tiap
waktunya. Bahkan bila ada buku yang terbit bersamaan dengan terbitnya tulisan
ini pun suatu saat akan menjadi buku yang dicari karena sudah tidak cetak ulang
atau sudah tidak dijual di toko buku manapun.
(Baca juga: Kamu Kolektor atau Penjual?)
(Baca juga: Kamu Kolektor atau Penjual?)
Sudah
banyak yang menjual buku lawas di internet, entah itu melalui website atau
sosial media seperti facebook, twitter, atau instagram. Di facebook, ada akun
bernama Dani Buku TMII dan Buku Langka yang dikelola oleh satu orang bernama
Dani, ia sudah sejak tahun 1996 berjualan buku lawas. Di twitter, ada akun yang
spesialis hanya menjual buku sejarah lawas, bernama @WarungsejarahRI dengan
jumlah follower mencapai 14.200.
Demikian artikel berjualan buku lawas melalui online. Semoga dari artikel berjualan buku lawas melalui online ini membuat Anda tertarik untuk mencari peluang bisnis dalam perburuan buku lawas.
0 Response to "Berjualan Buku Lawas Melalui Online"
Posting Komentar